Jl. Terusan Piranha Atas No.135 Malang [email protected]
Follow us:
Sekolah Islam Sabilillah Malang - SISMA

Digitalisasi Bikin Koran Makin Seksi

02 August 2024

Oleh: Diah Budiarti, M.Pd.

“Di dunia tipu-tipu, Kamu tempat aku bertumpu, Baik, jahat, abu-abu…” sepenggal lirik lagu yang dipopulerkan oleh Yura Yunita tersebut menjadi refleksi kehidupan era kini khususnya dalam konteks persebaran informasi. Sungguh, betapa kita sadari penuh bahwa segala informasi di masa kini mudah sekali menyebar sangat masif di jagat maya dan realita.

Antara berita kredibel dan hoaks teraduk menjadi satu begitu saja. Kita menjadi kesulitan untuk membedakan mana yang benar dan palsu. Bahkan yang hoaks lebih mendominasi sehingga tak sedikit masyarakat masa kini yang terjerembab di dunia tipu-tipu. Itulah mengapa literasi perlu disaring selalu.

Muasal hoaks dari negara Inggris di abad 18 yang didasarkan pada kata “hocus” dalam “hocus pocus.” Menurut Robert, hoaks adalah kabar bohong yang dibuat untuk melucu. Selain itu, hoaks juga sengaja dibuat. Hoaks bertujuan untuk membuat bingung penerima informasi dengan maksud menghibur berupa candaan. Seiring berjalannya waktu kata hoaks semakin dikenal dan berkembang, dari sebuah lelucon atau candaan menjadi candaan yang agak serius.

Hoaks di negara ini sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan sebelum ada internet. Orang zaman dahulu mengenal istilah surat kaleng. Beberapa orang mengatakan bahwa surat kaleng adalah surat yang diterima tanpa diketahui pengirimnya. Surat kaleng berisi hal-hal penting yang hendak disampaikan. Surat kaleng yang dimaksud digunakan untuk menyebar berita bohong. Hoakssemakin menemukan tempat untuk tinggal, seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi.

Tidak adanya keterbatasan dalam penyebaran informasi menjadi pemicu utama dalam penyebaran berita hoaks. Tak heran jika banyak sekali konten menyesatkan, konten tiruan, konten palsu, konten manipulatif dan sejenisnya.

Keberadaan hoaks yang mewarnai semesta informasi tak mampu mengelabui seksinya kredibilitas surat kabar. Persuratkabaran berperan penting dalam menyebarkan informasi yang lebih akurat sejak masa penjajahan. Bahkan, surat kabar sering dijadikan sebagai propaganda untuk meraih dukungan masyarakat pada zaman dahulu.

Perlahan, surat kabar berkembang mendigitalisasi. Namun, eksistensi surat kabar dengan bentuk cetak masih tetap digandrungi oleh khalayak. Hal tersebut bisa saja karena tingkat kenyamanan. Beberapa orang lebih nyaman membaca bentuk cetak dibandingkan elektronik. Meskipun demikian, tak bisa dipungkiri bila koran yang telah mendigitalisasi saat ini lebih praktis karena bisa diakses dengan mudah via smartphone.

Koran yang kian seksi dengan wujudnya yang digital sangat-sangat rekomendasi untuk jadi opsi utama sebagai salah satu sarana yang dapat dikonsumsi karena terbukti valid kebenaran beritanya. Namun, masih ada saja beberapa masyarakat yang masih mudah tertipu muslihat berita hoaks yang menjadi toksik.

Bisa jadi, berita-berita bohong tersebut justru membahayakan kehidupan. Ibaratnya, berita hoaks adalah makanan yang tak kaya gizi. Ketika kita konsumsi, otomatis akan berdampak buruk bagi tubuh seperti menimbulkan penyakit mulai yang ringan, sedang, hingga serius.

Urusan berita hoaks ini lebih ke arah bagaimana kita bisa memilih braincare dan heartcare yang tepat untuk diri kita. Kurangnya keterampilan literasi digital menjadi salah satu pemicu yang paling sering dijumpai tanpa kita sadari. Untuk itu, perlu sekali kita tingkatkan keterampilan literasi digital di era kini.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan literasi digital kita antara lain dengan cara ber-critical thinking. Seseorang dituntut untuk berpikir kritis Ketika membaca sebuah berita, munculkan dalam diri sebuah pertanyaan, apakah infomasi tersebut akurat? Logiskah? Lalu, seseorang juga dituntut untuk bisa menguasai finding information. Kita harus bisa memilah secara akurat dan mengevaluasi informasi yang kita terima. Salah satu caranya adalah dengan bertanya-tanya dari mana berita tersebut berasal? Selain itu, kita perlu mengecek keaslian gambar dan video. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan layanan pencarian gambar terbaik seperti Google Images atau TinEye.

Biasanya, kita seringkali terdorong untuk menyebarkan berita yang kita peroleh. Penting sekali untuk kita meninjau kembali kebenaran berita tersebut sebelum meneruskannya pada orang lain. Ketika didapati berita tersebut palsu, jangan ragu untuk melaporkan informasi palsu tersebut.

Sebenarnya secara garis besar, literasi digital sangat diperlukan ditinjau dari beberapa aspek seperti kultural yang terkait dengan pemahaman tentang beragam konteks pengguna di dunia digital. Aspek kognitif yakni daya pikir dalam menilai sebuah konten.

Aspek konstruktif adalah reka cipta atau sesuatu yang ahli dan aktual. Aspek komunikatif memahami kinerja jejaring dan komunikasi pada dunia digital. Aspek kepercayaan diri yakni bertanggung jawab atas semua konten yang dibuat atau dibagikan. Di samping itu, kita juga harus mampu bertanggung jawab secara sosial.

Menutup tulisan ini, ada sebuah pertanyaan yang patut dijawab dan direnungkan oleh pembaca. Mengapa kita ragu untuk membaca berita di koran yang sudah jelas-jelas terpercaya dan anti hoax? Koran digital apalagi? Bentuknya lebih menarik, aneka warna, tata letak dan desain yang unik, Kita dapat dengan mudah memilih berita sesuai selera. Berita dalam bentuk digital lebih mudah disimpan dengan harga yang tentunya lebih terjangkau. Tunggu apa lagi? (*)

Translate