07 June 2024
Oleh: Fatia Dewi Agustina, A.Md.Kep.
Akhir-akhir ini, mental health issue atau kesehatan mental menjadi trend yang banyak disinggung oleh masyarakat umum. Terutama setelah ditemukan banyaknya keluhan gangguan kesehatan metal yang terjadi pada kalangan usia muda. Meskipun tidak menyebabkan kematian secara langsung, gangguan ini menyebabkan penderitaan yang berkelanjutan bagi pengidapnya serta bagi orang di sekitarnya.
Umumnya, gangguan kesehatan mental tidak disadari oleh pengidapnya. Namun orang di sekitarnya menyadari bahwa terjadi adanya gangguan pada pengidap. Salah satu yang jarang disadari oleh pengidap gangguan mental adalah NPD (Narcissistic Personality Disorder).
NPD adalah gangguan kepribadian dimana seseorang merasa dirinya adalah “bintang” dan “oksigen.” Artinya ia merasa harus Aku yang paling bersinar. Aku adalah yang paling dibutuhkan, dan semuanya harus tentang Aku.
Istilah narsis dan narsistik ternyata beda. Narsis biasanya ditujukan bagi orang yang suka ber-selfie dan mengunggahnya di media sosial. Sifat ini tidak bermasalah dan cenderung dimiliki oleh semua orang. Tetapi, jika sudah berlebihan, bisa jadi pertanda gangguan narsistik atau NPD.
Penyebab gangguan kepribadian NPD sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti. Namun, diduga ada beberapa faktor. Antara lain faktor genetik, faktor trauma pada masa anak-anak, adanya riwayat kekerasan, atau faktor faktor yang berkaitan dengan pola kepengasuhan orangtua terhadap anaknya.
Faktor kepengasuhan/ parenting sangat berpengaruh kepada kepribadian seseorang meskipun bukan menjadi faktor utama penyebab gangguan NPD. Parenting yang bisa menyebabkan anak tumbuh menjadi dewasa dengan NPD adalah parenting yang memberikan pujian dan hadiah berlebih (tidak sesuai dengan pencapaian si anak), over protective, dan kritik yang berlebih.
Berbanding terbalik, orangtua yang tidak memberikan pujian kepada anak juga berisiko menyebabkan anak menjadi NPD saat dewasa nanti. Jadi, pola parenting harus pas dan seimbang, tidak kurang dan tidak berlebih.
Suka Mengritik, Puji Diri
Orang dengan NPD ditandai dengan suka mengritik orang lain, tetapi memuji dirinya setinggi langit. Hal-hal kecil saja yang kurang menurutnya akan dikritisi. Yang bisa kita perhatikan juga dari pengidap NPD adalah bagaimana respon mereka saat kita bercerita tentang permasalahan kita.
Mereka akan kembali bercerita tentang dirinya sendiri. Padahal awalnya kita bercerita kepada mereka untuk meminta solusi dan membutuhkan kenyamanan. Tapi justru berbalik menjadi kita yang harus berempati kepada meraka.
Beberapa pengidap NPD ini juga bersifat manipulatif. Mereka menjadikan orang lain sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan. Awalnya kita dipuji-puji oleh mereka, kemudian kita menganggap mereka baik. Setelah kita terjebak oleh “janji manis” nya, pada akhirnya kita menjadi orang yang melayani mereka.
Bahkan saking manipulatifnya, kita bisa saja tidak memahami bahwa sedang dimanfaatkan oleh orang dengan gangguan NPD ini. Selain itu, karena menganggap dirinya paling istimewa, mereka harus diperlakukan istimewa juga oleh orang lain. Hal inilah yang memicu konflik antar teman, rekan kerja, pimpinan dengan bawahan, orang tua dengan anak, dan bahkan dengan pasangan.
Anak yang dibesarkan oleh orangtua dengan NPD akan memberikan perlakuan kepada anaknya dengan mengedepankan sisi egoisnya. Mereka akan mengenyampingkan kebutuhan psikologis anaknya dan merasa bahwa kebutuhan psikologis orangtualah yang sangat wajib dipenuhi. Hal tersebut menyebabkan kurangnya rasa empati terhadap anak.
Orangtua tidak mau memposisikan dirinya sebagai anak dan selalu merasa benar. Selain itu, kebutuhan akan apresiasi dan validasi kepada anak tidak diberikan. Tidak jarang, orangtua seperti ini akan menuntut anak agar sesuai dengan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya agar dipuji, pandangan yang baik terhadapnya, serta agar mereka dikatakan berhasil.
Jika anaknya berhasil mencapai sesuatu, akan menganggap bahwa dirinyalah satu-satunya yang berperan atas keberhasilan tersebut. Tetapi, jika si anak gagal, orangtua akan mengkritisi habis-habisan dan akan menyalahkan orang lain atas kegagalan anak. Orangtua dengan NPD sangat sensitif jika dibahas tentang kekurangannya, dengan begitu ia anti kritik dan tidak mau untuk intropeksi diri.
Metode Grey Rock
Langkah awal untuk menghadapi orang dengan gangguan kepribadian NPD ini adalah kita harus membatasi diri. Bergaul dengan mereka akan membuat kita tidak bisa bergerak. Menghadapi orang-orang dengan NPD bisa kita lakukan dengan metode grey rock. Metode grey rock adalah memberikan respon seminimal mungkin dan membuat interaksi yang tidak menarik.
Pertama, kita bisa mengaplikasikannya saat orang dengan NPD ini bercerita tentang keistimewaannya dengan memberikan jawaban singkat. Misalnya, “tidak tahu, “tidak”, “iya.” Kedua, jika kita memiliki prestasi/ kebahagiaan dan/ atau kesedihan jangan pernah menceritakan kepada mereka. Karena ketika kita bercerita tentang kebahagiaan, mereka akan merasa tersaingi. Namun, jika kita menceritakan kesedihan, dalam hatinya akan muncul rasa menang.
Ketiga, tampilkan ekspresi datar saat berinteraksi dengan mereka. Jika perlu berkomunikasilah tanpa melibatkan emosional. Tetapi, perlu digaris bawahi juga, metode ini bisa berhasil bagi sebagian orang, tetapi belum tentu berhasil juga untuk orang lain.
Jika kita merasa memiliki beberapa sifat narsistik ini, kita bisa mengubahnya dengan memulai belajar menerima kritikan dengan lapang dada. Menanamkan dalam diri bahwa tidak ada yang sempurna serta menjadikan kritikan sebagai bahan belajar dan berkembang.
Lalu, belajar mendengarkan orang lain dan mengurangi untuk menceritakan kehidupan pribadi. Kemudian melatih diri untuk berempati dengan orang lain, serta memahami bahwa yang memiliki kelebihan bukan hanya “Aku” saja. Menghilangkan sifat narsistik tidak mudah, tetapi jika konsisten untuk melakukan perubahan yang lebih baik, setiap orang pasti akan menghasilkan perkembangan kesehatan mental yang sehat.
Kita tidak bisa memberikan label NPD kepada orang lain atau bahkan mendiagnosa diri sendiri. Karena itu, untuk mengetahui gangguan kesehatan mental/ gangguan kepribadian membutuhkan pemeriksaan komprehensif oleh ahli yaitu psikolog.(*)
Hustle Culture
13 November 2024
Menerapkan KB dalam Pembelajaran Sains
02 November 2024
Sekolah Sabilillah, Sekolah Para Juara
01 November 2024
SD Islam Sabilillah Malang 1 Sabet Medali Emas Dalam Ajang KSNR
05 October 2024
Membersamai Gen Z Capai Potensi Terbaik
27 September 2024