Jl. Terusan Piranha Atas No.135 Malang [email protected]
Follow us:
Sekolah Islam Sabilillah Malang - SISMA

Pendidikan: Fondasi Peradaban, Pilar Masa Depan Indonesia

07 May 2025

Oleh: Idi Rathomy Baisa, M.Pd.

Pendidikan bukan sekadar proses transfer of knowledge, melainkan fondasi utama yang membentuk peradaban dan mengarahkan masa depan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang baik, sebuah negara dapat menciptakan generasi yang cerdas, kreatif, dan inovatif. Mereka akan mampu menjadi pemimpin peradaban dunia di masa depan yang mampu menghadapi tantangan global dan memajukan negaranya ke arah yang lebih baik. Pendidikan memiliki peran penting dalam memperkuat identitas dan kebangsaan suatu negara, sehingga menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, melalui pendidikan, nilai-nilai luhur dan budaya bangsa dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian individu. Hal ini akan membantu menciptakan masyarakat yang memiliki kesadaran akan pentingnya kerja sama, toleransi, dan rasa saling menghargai. Sebagai hasilnya, negara akan menjadi lebih stabil dan sejahtera, karena pendidikan telah menjadi landasan kuat dalam membangun fondasi yang kokoh bagi kemajuan suatu bangsa.

 Di tengah era disrupsi dan globalisasi, pendidikan harus mampu mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara moral dan berdaya saing global. Hal ini dapat dicapai melalui peningkatan kualitas pendidikan, pengembangan kurikulum yang relevan dengan tuntutan pasar global, serta pembekalan keterampilan Abad 21 yang dibutuhkan di era digital ini.

Kurikulum merdeka yang telah dicanangkan oleh pemerintah dapat menjadi langkah awal untuk mencapai hal tersebut. Dalam Kurikulum Merdeka, pembelajaran yang berpusat pada siswa, pengajaran yang didasarkan pada kebutuhan siswa, mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan membantu mereka menjadi kritis dan kreatif, serta bekerja sama dan berkomunikasi secara efektif.

Selain itu, Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas kepada guru untuk menyesuaikan materi dan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan kurikulum untuk mempersiapkan generasi yang adaptif, inovatif, dan mampu bersaing di tingkat global.

 Merdeka Belajar dalam kurikulum merdeka bertujuan untuk mengembalikan sistem pendidikan nasional pada hakikatnya. Yaitu memberikan kebebasan kepada sekolah, guru, dan peserta didik untuk bebas berinovasi, bebas belajar secara mandiri dan kreatif.

Gagasan merdeka belajar merupakan warisan langsung dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu memberi kebebasan pada guru dan siswa untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks mereka, tanpa tekanan birokrasi yang berlebihan.

Konsep ini juga sejalan dengan konsep pendidikan yang diutarakan oleh filsuf pendidikan Paulo Freire yaitu pendidikan yang memanusiakan manusia. Pendidikan semacam ini tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk kesadaran kritis, empati, dan tanggung jawab sosial.

Tiadalah keraguan untuk melanjutkan kurikulum merdeka dengan berbagai pembaharuan sesuai perkembangan. Jikalau kurikulum merdeka itu baik, langkah selanjutnya adalah memastikan implementasi kurikulum tersebut dilakukan secara konsisten dan efektif di seluruh lembaga pendidikan.

Selain itu, penting juga untuk melibatkan berbagai pihak terkait, seperti guru, orang tua, dan masyarakat, dalam mendukung proses pendidikan ini. Kolaborasi antara sekolah, pemerintah, dan dunia industri juga menjadi kunci dalam mempersiapkan generasi masa depan yang siap menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang ada.

Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa sistem pendidikan Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Mulai dari kesenjangan akses pendidikan di daerah terpencil, kualitas pengajaran yang belum merata, hingga kurikulum yang kurang responsif terhadap kebutuhan zaman.

Masih banyak anak-anak yang terpaksa putus sekolah karena faktor ekonomi, infrastruktur yang tidak memadai, atau kurangnya tenaga pengajar yang kompeten. Siapa yang harus bertanggung jawab? Setiap elemen dalam berbagai bidang kehidupan memiliki tanggung jawab sesuai fungsinya masing-masing untuk turut mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia.

Tentunya, peran serta masyarakat dalam mendukung pendidikan juga sangat krusial. Orang tua, komunitas, dan sektor swasta harus bersinergi dengan pemerintah untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan demikian, kolaborasi antara berbagai pihak sangat diperlukan untuk menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan global.

Menjadikan pendidikan sebagai pilar masa depan, diperlukan transformasi menyeluruh. Pertama, peningkatan kualitas guru melalui pelatihan berkelanjutan dan insentif yang layak. Guru adalah garda terdepan sebagai ujung tombak pendidikan. Tanpa mereka, visi pendidikan hanya akan menjadi wacana tanpa eksekusi nyata.

Kedua, pembaruan kurikulum yang menekankan pada pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan literasi digital. Ketiga, pemanfaatan teknologi untuk memperluas akses dan meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama di daerah terpencil.

Dengan komitmen dan kerja sama dari semua pihak, kita dapat menjadikan pendidikan sebagai fondasi peradaban dan pilar masa depan Indonesia. Karena sejatinya, masa depan bangsa terletak di tangan generasi yang terdidik dan tercerahkan.(*)
 

Translate