Jl. Terusan Piranha Atas No.135 Malang [email protected]
Follow us:
Sekolah Islam Sabilillah Malang - SISMA

UKT Bikin Bete

04 June 2024

Oleh: Diah Budiarti

Berita yang mencuat ke permukaan terkait dengan UKT batal naik beberapa waktu lalu menjadi angin segar yang bisa dihirup para pengenyam pendidikan tinggi setelah sebelumnya sempat tercekik melihat UKT atau Uang Kuliah Tunggal khusus untuk PTN-BH yang nominalnya terlipatgandakan.

Sebagai salah satu contoh di salah satu kampus Kota Malang setelah sebelumnya UKT di tahun lalu hanya sampai 6 golongan, tahun ini sempat hendak dinaikkan menjadi 12 golongan. Padahal esensi pendidikan tinggi harusnya bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat baik perekonomian atas, menengah, hingga rendah.

Adanya fenomena tersebut benar-benar membuat bete hingga geram para akademisi khususnya mahasiswa. Bagaimana tidak? Akses warga negara untuk mendapatkan pendidikan kian sempit. Untuk mahasiswa dengan perekonomian keluarga kategori bawah masih bisa diatasi dengan mengajukan keringanan melalui KIP.

Mahasiswa dengan perekonomian keluarga atas, hal ini tentu tidak akan menjadi masalah sebab mereka punya dana berlebih-lebih. Hal yang cukup dirugikan adalah mahasiswa dengan status ekonomi keluarga menengah, belum lagi dengan jumlah tanggungan keluarga misalnya terdiri dari 3 anak yang sama-sama sedang sekolah.

Pastinya akan lebih banyak nominal yang harus dikeluarkan. Untuk mengajukan KIP tidak bisa, sedang bila mengandalkan beasiswa, tidak semua mahasiswa dengan kategori ekonomi menengah akan mendapatkannya. Beasiswa biasanya hanya berkisar kurang lebih 40 persen dari total banyaknya calon penerima.

Saat ini angin segar dari dibatalkannya UKT naik tersebut sedang dinanti-nantikan peresmiannya. Ada beberapa mahasiswa yang sudah terlanjur membayar besaran nominal UKT baru. Apalagi tidak sedikit mahasiswa yang sudah membayar biaya UKT untuk tahun ajaran ini. Kebijakan negara tentang hal ini mudah berubah secepat kilat usai menuai banyak protes dari demo yang digencat para mahasiswa. Bayangkan saja bila mereka benar-benar mogok kuliah hanya karena tidak sanggup membayar UKT yang membukit. Bagaimana jadinya negara ini bisa krisis orang-orang cerdas, orang-orang intelektual yang akan memimpin bangsa ini nantinya?

Yang cukup mengherankan lagi sebenarnya pemilihan diksi dalam wacana “batal naik tahun ini” sehingga ada prediksi dari para warga net yang ramai di medsos bahwa ada kemungkinan bila tahun depan baru naik. Wacana tidak jadi naik tahun ini memang cukup melegakan tetapi sepertinya akan dicekik di tahun depan.

Masyarakat perlu alasan logis dengan kebijakan tersebut yang kiranya akan diterapkan di tahun depan. Bagaimanapun, pemerintah hendaknya juga mempertimbangkan bagaimana dampak dari kebijakan tersebut apabila nantinya benar-benar akan dinaikkan. Belum lagi dengan wacana pemotongan gaji sekian persen untuk TAPERA yang baru-baru ini juga tengah marak dibahas dan diperbincangkan masyarakat.

Bila gaji para pegawai negeri maupun swasta dipotong, sedangkan biaya UKT akan naik di tahun depan, kondisi ini pasti semakin menyulitkan. Betapa tidak? Harusnya tiap tahunnya ada kenaikan gaji sehingga bila dinaikkan UKT pun masih bisa dipertimbangkan dengan kesanggupan masing-masing kepala keluarga.

Kendati demikian, tidak sedikit masyarakat mengeluh bila UKT tinggi dan nominalnya sangat tidak rasional nantinya. Sudah banyak yang menyerah dan memilih untuk tidak melanjutkan kuliah karena tidak sanggup membayar UKT.

Lalu, bagaimana mempersiapkan diri untuk kenaikan UKT yang bisa jadi berlaku tahun depan? Dalam tulisan ini, penulis punya ide untuk bisa mempersiapkan itu bila kemungkinan benar-benar akan diterapkan. Pertama U, yakni usaha. Usaha apa? Usaha untuk menyuarakan pendapat yang logis dengan bijak dan santun jika suatu saat kebijakan terkait kenaikan UKT ini tak logis.

Sebab pendidikan adalah kebutuhan masyarakat untuk bekal membangun peradaban negeri. Tak layak jika dunia pendidikan dijadikan sebagai ajang komersialisasi. Kenaikan UKT yang sempat memicu kontroversi hendaknya menjadi pertimbangan yang matang bagi pemerintah ke depan dalam menerapkan kebijakan persentase kenaikan yang bakal diterapkan.

Selain itu juga perlu ada upaya untuk mengevaluasi program Merdeka Belajar di Kampus Merdeka yang membuat PT alias perguruan tinggi kian menjadi tempat yang lebih dekat dengan pasar industri. Hal ini sungguh mulai memudarkan filosofi dari pendidikan yang dipatri.

Jika upaya atau aksi protes tersuarakan tetapi nantinya ditangguhkan dan tetap diminta untuk menaati, maka jalan lain yang harus ditempuh adalah K, kerja keras untuk meningkatkan penghasilan. Harusnya pihak perguruan tinggi dan pemerintah juga membantu akan hal ini semisal memberi subsidi atau bantuan dana operasional pendidikan. Khususnya bagi para mahasiswa dengan kondisi perekonomian kelas menengah. Bisa juga diimbangi dengan kebijakan kenaikan gaji, baik pegawai negeri maupun swasta.

T-nya adalah tawakkal. Dengan tawakkal kita berusaha untuk selalu berprasangka baik pada segala ketetapan dan berserah pada Tuhan. Segala ketetapan itu tentunya sudah diatur sedemikian rupa sebagai ujian bahwa kita tentu mampu melampauinya sebab tidak ada ujian yang diberikan melebihi kemampuan kita.

Namun penting untuk diingat bahwa sebelum Tawakkal, kita harus berjuang semaksimal mungkin dengan apa yang kita bisa upayakan di poin U. Tawakkal memberikan ketenangan dan kedamaian sehingga pikiran dan hati kita lebih sehat, jauh dari hal yang membuat bete apalagi menggalaukan bila kita mampu menerapkannya dalam segala situasi.

Meski tentunya ini tidak mudah. Butuh latihan dengan jam terbang tinggi. Kualitas kehidupan kita tentu akan lebih baik dengan bersikap menerima lalu berserah setelah berupaya, bekerja keras, tak lupa diimbangi pula oleh doa sebagai pengharapan.(*)

Translate