03 May 2025
Oleh: Nurul Trisnawati, S.Pd.
Kala mendengarkan arahan dari Direktur Yayasan dalam kegiatan Dirosah Kehormatan, ada satu pernyataan yang membuat penulis merenung. “Tidak lulusnya siswa di SNBP itu mungkin karena kurangnya mereka belajar di jenjang kelas X-XI. Maka mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh lagi untuk persiapan SNBT.”
Kalimat ini terus terngiang. Teringat beberapa kasus di kelas. Salah satunya, seorang siswa yang ingin masuk ke jurusan yang membutuhkan penguasaan sains dan matematika yang kuat. Namun rekam jejak akademiknya di mata pelajaran terkait masih belum begitu menonjol.
Mungkin inilah alasan mengapa ia belum diterima. Bukan karena ia tidak mampu, tetapi karena masih ada hal yang perlu diperjuangkan dan dibuktikan. Namun di saat yang sama, penulis menyadari sesuatu yang lebih dalam: Allah tidak pernah salah dalam memberi jalan kepada hamba-Nya.
Jika seseorang belum mendapatkan sesuatu yang ia inginkan, mungkin itu bukan karena ia gagal, tapi karena ia memang belum siap. Allah itu Maha Adil. Dia memberi sesuatu kepada hamba-Nya sesuai dengan usaha dan kelayakan mereka.
SNBP mempertimbangkan nilai rapor sebagai salah satu faktor utama dalam seleksi. Nilai rapor mencerminkan perjalanan belajar siswa selama lima semester, tetapi tidak selalu menggambarkan kesiapan akademik seseorang untuk menghadapi tantangan di perguruan tinggi. Terkadang, ada faktor lain yang turut memengaruhi, seperti sistem penilaian di sekolah, kebijakan tertentu, atau bahkan faktor eksternal yang membuat nilai rapor tidak sepenuhnya menjadi patokan utama.
Di sisi lain, SNBT memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam kondisi yang sama dan terukur melalui ujian yang bersifat objektif. Bagi mereka yang belum menunjukkan potensi terbaiknya di SNBP, SNBT adalah ajang pembuktian. SNBT bukan sekadar tes akademik, tetapi juga cerminan dari usaha, ketekunan, dan semangat juang seseorang.
Dalam Islam, kita diajarkan bahwa usaha adalah bagian dari ibadah. Ketika seseorang berjuang dan belajar sungguh-sungguh, itu bukan sekadar persiapan akademik, tapi juga bentuk penghambaan kepada Allah. Sebab, mencari ilmu itu ibadah. Dan ibadah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan berbuah hasil yang baik.
Seperti dalam hadis Rasulullah SAW, “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Ini menegaskan bahwa proses belajar bukan hanya tentang pencapaian akademik, tetapi juga perjalanan spiritual yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah.
Jika kita renungkan lebih dalam, perjalanan menuju perguruan tinggi bukan hanya tentang berhasil atau gagal, tetapi tentang kesiapan. Jika SNBP adalah jalan bagi mereka yang sudah terbukti siap sejak awal, maka SNBT adalah medan perjuangan bagi mereka yang ingin membuktikan kelayakannya.
Allah memberikan kesempatan kedua agar kita benar-benar pantas menerima apa yang kita cita-citakan. Tingkat persaingan di perguruan tinggi berbeda-beda. Dalam SNBT, semakin tinggi skor yang diperoleh, semakin besar peluang untuk diterima di program studi yang diminati.
Jangan sampai kita hanya ingin mendapatkan sesuatu tanpa usaha yang sebanding. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11).
Bagi mereka yang tidak lolos SNBP, inilah saatnya untuk mengubah strategi belajar, memperbaiki kesalahan sebelumnya, dan lebih bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan SNBT. Selain itu, SNBT juga mengajarkan nilai-nilai penting lainnya seperti kesabaran dan keikhlasan.
Ketika kita menerima kenyataan bahwa jalan kita menuju perguruan tinggi harus melalui perjuangan yang lebih panjang, di situlah kita belajar tentang ketabahan. Mungkin ada rasa kecewa ketika tidak diterima melalui jalur SNBP, tetapi jangan biarkan itu menghambat langkah kita. Kegagalan bukan akhir dari segalanya, tetapi menjadi awal dari perjuangan yang lebih bermakna.
Ada banyak kisah inspiratif dari mereka yang gagal di SNBP, tetapi kemudian berhasil di SNBT atau jalur lainnya. Bahkan, ada yang awalnya gagal masuk perguruan tinggi negeri, tetapi setelah berusaha lebih keras, akhirnya diterima di universitas impian mereka melalui jalur lain. Jadi, jika SNBP belum meloloskanmu, jangan berkecil hati. Bukan berarti kamu tidak pantas, tetapi mungkin kamu belum pantas. Dan di situlah Allah memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. SNBT bukan sekadar ujian akademik, tetapi juga ujian kesabaran, ketekunan, dan keikhlasan.
Percayalah, setiap usaha yang kita lakukan dengan niat yang baik akan membuahkan hasil yang terbaik menurut Allah. Bisa jadi, jalan yang kita anggap sulit ini justru membawa kita menuju tempat yang lebih baik daripada yang kita rencanakan.
Akhirnya, mari kita jadikan proses belajar ini sebagai bagian dari ibadah, bukan sekadar tuntutan duniawi. Jangan hanya belajar demi ujian, tetapi belajarlah sebagai bentuk syukur atas ilmu yang Allah titipkan kepada kita. Karena pada akhirnya, ilmu yang bermanfaat bukan hanya yang membawa kita masuk ke universitas impian, tetapi juga yang membuat kita lebih bijaksana, lebih rendah hati, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dengan semangat ini, semoga setiap langkah yang kita tempuh dalam menuntut ilmu selalu diberkahi dan dimudahkan oleh-Nya.(*)
SNBT Ajang Pembuktian
03 May 2025
Digitalisasi, Phygitalisasi dan Scaffolding
28 April 2025
Takdir, Doa dan Usaha
25 April 2025
Kartini Velocity
24 April 2025
Code-switch Jembatan Bahasa Kurikulum Cambridge
22 April 2025