25 April 2025
Oleh: Muslim Muhammad Aminun, S.Pd.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering muncul pertanyaan yang menggugah pemikiran: Jika segala sesuatu sudah ditakdirkan oleh Allah, lalu mengapa kita masih perlu berdoa? Apakah doa dapat mengubah takdir, ataukah manusia hanya pasrah menerima ketetapan-Nya? Pertanyaan ini bukan hanya sebatas renungan teologis, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana manusia memahami peran dirinya dalam skema besar kehidupan.
Islam mengajarkan bahwa takdir (qada dan qadar) adalah ketetapan Allah yang mencakup segala sesuatu, baik di masa lalu, sekarang, maupun yang akan datang. Pembagian takdir menjadi Takdir Mubram dan Takdir Mu’allaq merupakan konsep yang berasal dari pemahaman ulama berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadis.
Takdir Mubram (Takdir yang Tidak Bisa Diubah). Takdir Mubram adalah ketetapan Allah yang pasti terjadi dan tidak bisa diubah oleh manusia, seperti kelahiran, kematian, serta peristiwa besar yang telah ditentukan sejak awal penciptaan.
“Setiap umat mempunyai ajal; apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (QS. Al-A’raf: 34)
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu yang sama, lalu menjadi segumpal daging dalam waktu yang sama, kemudian diutuslah malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh ke dalamnya, dan diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan apakah ia menjadi orang yang celaka atau bahagia.” (HR. Bukhari, no. 3208; Muslim, no. 2643)
Takdir Mu’allaq (Takdir yang Bisa Berubah dengan Usaha dan Doa). Takdir Mu’allaq adalah ketetapan Allah yang masih dapat berubah berdasarkan usaha dan doa manusia. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada yang bisa menolak takdir selain doa, dan tidak ada yang bisa memperpanjang umur kecuali kebaikan (silaturahmi).” (HR. Tirmidzi, no. 2139; dinilai hasan oleh Al-Albani). Hadis ini menunjukkan bahwa doa dapat mengubah takdir yang sebelumnya mungkin akan terjadi, sesuai dengan kehendak Allah.
Peran Doa dalam Takdir
Doa merupakan bagian integral dalam kehidupan seorang Muslim. Allah sendiri memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa: “Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.’” (QS. Ghafir: 60)
Hadis Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa doa dapat mengubah takdir: “Tidak ada yang bisa menolak takdir selain doa.” (HR. Tirmidzi, no. 2139)
Dari sini, terlihat bahwa takdir bukanlah sesuatu yang kaku dan absolut dalam setiap aspek kehidupan. Sebaliknya, ada bagian dari takdir yang masih bisa berubah dengan izin Allah melalui doa dan usaha. Namun tidak semua doa dikabulkan dalam bentuk yang kita inginkan, tetapi doa tidak pernah sia-sia. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang Muslim berdoa kepada Allah dengan doa yang tidak mengandung dosa atau pemutusan silaturahmi, kecuali Allah akan memberinya salah satu dari tiga hal: (1) dikabulkan sesuai permintaan, (2) ditunda sebagai simpanan pahala di akhirat, atau (3) diganti dengan sesuatu yang lebih baik.” (HR. Ahmad, no. 11133)
Secara logis, jika takdir bersifat mutlak tanpa peluang perubahan, maka usaha manusia tidak memiliki arti. Namun, realitas menunjukkan bahwa kerja keras, keputusan yang bijak, dan ketekunan bisa mengubah hidup seseorang. Jika manusia hanya pasrah tanpa doa dan usaha, maka itu bertentangan dengan konsep keadilan Allah yang memberikan kebebasan bagi manusia untuk berusaha. Takdir bukan alasan untuk menyerah, tetapi sebagai pengingat bahwa manusia memiliki ruang untuk berusaha.
Salah satu hikmah terbesar dari doa adalah mempererat hubungan antara manusia dan Allah. Allah ingin hamba-Nya senantiasa bergantung kepada-Nya, bukan hanya dalam kondisi sulit, tetapi juga dalam kesejahteraan. Doa juga merupakan ujian keimanan. Allah mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, tetapi Allah ingin melihat bagaimana manusia bersikap dalam menghadapi ujian hidup.
Dalam banyak kasus, doa tidak hanya mengubah keadaan, tetapi juga mengubah diri kita. Ketika seseorang berdoa dengan tulus, hatinya menjadi lebih sabar, lebih bersyukur, dan lebih dekat dengan Allah. Ini adalah dampak spiritual yang tidak bisa diukur hanya dengan logika duniawi.
Pada akhirnya, kehidupan manusia berada dalam ketetapan Allah, tetapi manusia diberikan ruang untuk berusaha dan berdoa. Takdir tidak berarti keterpaksaan, tetapi sebuah skenario yang memungkinkan perubahan melalui ikhtiar dan permohonan kepada-Nya. Oleh karena itu, doa bukan hanya alat untuk mengubah keadaan, tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada Allah dan menunjukkan ketergantungan manusia kepada-Nya.
Sebagai refleksi, kita perlu bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita telah menjalankan peran kita dalam kehidupan ini dengan berdoa dan berusaha secara maksimal? Jika belum, mungkin saatnya kita memperkuat keyakinan bahwa doa bukan sekadar ritual, tetapi jalan menuju perubahan dan keberkahan dalam hidup. Takdir memang di tangan Allah, tetapi doa dan usaha adalah bagian dari perjalanan hidup kita sebagai seorang hamba -Nya.(*)
SNBT Ajang Pembuktian
03 May 2025
Digitalisasi, Phygitalisasi dan Scaffolding
28 April 2025
Takdir, Doa dan Usaha
25 April 2025
Kartini Velocity
24 April 2025
Code-switch Jembatan Bahasa Kurikulum Cambridge
22 April 2025