18 May 2024
Oleh: Faqih Assiddiqie, S.Pd.
Globalisasi yang semakin dinamis menjadi tantangan yang dinamis yang harus dihadapi oleh guru. Di samping tantangan yang akan dihadapi, guru juga harus mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan tingkatan intelektual tinggi di abad 21 ini.
Menurut salah satu jurnal yang ditulis oleh Nawawi tahun 2015, mengatakan bahwasannya terdapat beberapa unsur kecakapan yang harus dimiliki oleh siswa dalam bidang akademik. Unsur yang dimaksud adalah keterampilan HOTS (High, Order, Thinking, and Skills). Unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi HOTS dibutuhkan sebagai tenaga kerja yang andal. Hal ini ditandai dengan memiliki kreativitas, penalaran yang logis, kritis, dan cermat, memiliki kepribadian yang baik dalam memecahkan masalah. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan tersebut, salah satu caranya melalui jalur pendidikan.
Institusi pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan siswa yang terampil, inovatif dan memiliki karakter. Pasalnya siswa diharapkan dapat bersaing dan menjadi sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi di masa depan. Karena itulah, guru sebagai fasilitator memiliki peran yang aktif, berupa menentukan strategi yang tepat untuk meningkatakan kualitas keterampilan siswa nantinya.
Pendidikan pada masa sekarang menitikberatkan pada permasalahan karakter. Salah satu yang harus dibenahi di lingkung pendidikan adalah karakter kepemimpinan. Karakter pemimpin yang dinginkan adalah karakter pemimpin yang mampu berjuang dalam segala kondisi dan mampu bersaing di era persaingan yang tak kenal kompromi ini.
Salah satu karakter pemimpin yang harus menonjol adalah seorang pemimpin harus memiliki perasaan cinta atau peduli terhadap lingkungan. Hal ini dikarenakan isu lingkungan menjadi permasalahan yang paling hangat untuk dibicarakan saat ini.
Menurut laporan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dalam redaksi KOMINFO Jatim, bahwasannya kerusakan lingkungan di wilayah Malang Raya telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan. Konfigurasi titik mata air dan kebutuhan mata air di Malang Raya menunjukkan kecenderungan kritis.
Tahun 2008 tercatat sepertiga dari sumber air yang ada mengalami penurunan debit air. Hal ini menunjukkan kerusakan ekosistem yang sangat memprihatinkan. Peralihan lahan dari sawah menjadi lahan perumahan menjadikan kerusakan ekosistem menjadi lebih parah. Menurut laporan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR/ Badan Pertanahan Nasional (BPN) mengatakan bahwasannya 150.000 hingga 200.000 hektare (ha) lahan sawah setiap tahun berubah menjadi perumahan hingga industri. Adannya kejadian tersebut ikut memperparah kerusakan lingkungan.
Oleh karena itu, perlunya penanaman karakter pemimpin yang memiliki sifat cinta lingkungan dan peduli atau peka terhadap lingkungan. Pemimpin yang cinta maupun peka terhadap lingkungan adalah pemimpin yang berpegang teguh atas nilai-nilai kehidupan.
Ketika seorang pemimpin meninggalkan nilai-nilai dalam kehidupan maka bisa dipastikan pemimpin tersebut kehilangan jati dirinya. Alam dan lingkungan seharusnya melekat pada jiwa seorang pemimpin. Seorang pemimpin minimal memiliki teladan untuk selalu mensyukuri bahwa alam ini merupakan ciptaan Tuhan bukan semata-mata dikuasai tapi juga harus dijaga.
Pelajaran yang bisa diajarkan untuk menanamkan karakter pemimpin yang cinta lingkungan yaitu menggunakan pembelajaran kontekstual melalui pembuatan Herbarium. Penggunaan Herbarium diharapkan membantu siswa lebih peka dan cinta terhadap lingkungan.
Herbarium adalah sebuah awetan kering dari sebuah tumbuhan yang tidak menghilangkan struktur maupun organ dari tumbuhan. Herbarium sendiri memiliki beberapa fungsi, salah satunya memudahkan peneliti untuk penelitian taksonomi. Hal tersebut tentunya sangat membantu dengan kerusakan alam yang terjadi akibat perluasan lahan perumahan.
Tumbuhan yang mulai jarang ditemui dapat diawetkan menggunakan Herbarium sehingga dapat berguna demi penelitian maupun pembelajaran. Konsep mencintai lingkungan tentunya bisa diaplikasikan dalam menjaga kelestarian atau keseimbangan spesies yang sudah punah agar tetap terdokumentasikan di dalam Herbarium.
Di samping itu Herbarium memiliki beberapa kriteria yang dapat dijadikan sebagai pendukung media pembelajaran. Menurut Prof. Dr. agr. Mohamad Amin, M.Si dosen Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang mengatakan pembelajaran IPA, khususnya Biologi harusnya menggambarkan objek yang dipelajari secara nyata atau real sehingga perlu adanya media yang dapat mendukung kegiatan belajar tersebut.
Pernyataan di atas sejalan dengan penggunaan Herbarium sebagai media pembelajaran. Herbarium juga dapat dinilai sebagai media pembelajaran yang efektif, dikarenakan dapat membantu proses pembelajaran kontekstual. Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh dua komponen utama yaitu metode dan media pembelajaran yang digunakan.
Penggunaan suatu metode pembelajaran berhubungan dengan jenis media yang digunakan. Penggunaan media pembelajaran dapat membantu guru pada saat menyampaikan materi dan meningkatkan rangsangan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam prosesnya, pembelajaran menggunakan media Herbarium harus ditanamkan oleh guru untuk bisa selalu menegakkan nilai-nilai kehidupan terutama mencintai lingkungan dengan cara bijak dalam merawat dan menjaga lingkungan.
Di lain hal, mengajarkan membuat Herbarium dapat membantu merangsang kreativitas siswa untuk berpikir kritis terutama untuk menghargai alam yang mulai tergeser oleh peradaban.(*)
Hustle Culture
13 November 2024
Menerapkan KB dalam Pembelajaran Sains
02 November 2024
Sekolah Sabilillah, Sekolah Para Juara
01 November 2024
SD Islam Sabilillah Malang 1 Sabet Medali Emas Dalam Ajang KSNR
05 October 2024
Membersamai Gen Z Capai Potensi Terbaik
27 September 2024