Jl. Terusan Piranha Atas No.135 Malang [email protected]
Follow us:
Sekolah Islam Sabilillah Malang - SISMA

AI dan Pendidikan Anak Usia Dini

13 January 2025

Oleh: Vivi Annur Mila, S.Ak

Teknologi tak lagi menjadi bagian pelengkap dalam kehidupan sehari-hari. Ia telah menjelma menjadi elemen penting yang membentuk cara manusia hidup, belajar, dan berkembang. Salah satu wujud teknologi paling canggih saat ini adalah kecerdasan buatan (AI). AI, yang pada awalnya digunakan dalam sektor-sektor seperti kesehatan, bisnis, dan industri, kini mulai diterapkan dalam pendidikan.
Dalam konteks anak usia dini, penerapan teknologi ini menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Bagaimana teknologi, terutama AI, memengaruhi pembelajaran anak usia dini? Apakah ini benar-benar menjadi solusi cerdas atau justru menghadirkan tantangan baru?
Dalam PAUD, teknologi berbasis AI sering digunakan dalam aplikasi pembelajaran yang dirancang untuk mengenalkan konsep-konsep dasar seperti membaca, berhitung, dan mengenal warna. Aplikasi ini biasanya dilengkapi dengan fitur personalisasi, di mana AI mampu menganalisis kemampuan dan kebutuhan individu setiap anak, lalu menyesuaikan tingkat kesulitan atau jenis aktivitas yang diberikan. Hal ini memungkinkan anak-anak untuk belajar dengan cara yang lebih efektif dan menyenangkan.

Contohnya, aplikasi berbasis AI dapat memberikan rekomendasi kegiatan belajar yang sesuai dengan kecepatan dan preferensi belajar masing-masing anak. Jika seorang anak lebih lambat memahami angka, aplikasi dapat memberikan latihan tambahan yang disesuaikan, sehingga anak tidak merasa tertekan.

Coba bayangkan seorang anak belajar berhitung menggunakan aplikasi interaktif. Ketika si kecil kesulitan memahami angka 5, aplikasi tersebut secara otomatis menyesuaikan tingkat kesulitan dan memberikan latihan tambahan. Itulah salah satu kemampuan AI: memahami kebutuhan anak secara personal.AI memungkinkan anak-anak belajar dengan cara yang sesuai dengan kecepatan dan gaya mereka. Ini bukan sekadar impian, tetapi sudah menjadi kenyataan melalui aplikasi pembelajaran seperti Khan Academy Kids atau ABCmouse yang menggunakan teknologi adaptif. Selain membantu memahami pelajaran, AI juga membuat pembelajaran terasa menyenangkan.


Dengan animasi, suara, dan interaksi yang kaya, anak-anak sering kali tidak merasa seperti sedang belajar, melainkan bermain. Ini penting, karena pada usia dini, belajar seharusnya menjadi pengalaman yang menggembirakan, bukan membebani.Manfaat AI dalam pendidikan anak usia dini tidak bisa diremehkan. AI tidak hanya mempermudah pembelajaran, tetapi juga membuka ruang kolaborasi baru antara guru dan orang tua. Banyak aplikasi AI kini dilengkapi fitur laporan perkembangan anak, yang dapat memungkinkan orang tua untuk memantau kemampuan anak mereka, mulai dari mengenal huruf hingga menyusun kata. Teknologi yang semakin canggih dapat membantu orang tua dalam mengakses Laporan perkembangan anak dari sekolah sehingga dengan laporan tersebut dapat membantu orang tua untuk memahami kebutuhan spesifik anak di rumah. Orang tua menjadi tahu apa yang harus diperkuat, dan hal ini dapat membuat proses belajar lebih terarah.

 Namun, di balik manfaatnya, teknologi berbasis AI juga memiliki sisi gelap. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah ketergantungan anak pada teknologi. Anak-anak yang terlalu sering terpapar layar cenderung kurang memiliki kemampuan belajar secara mandiri. Masalah lain adalah kurangnya interaksi sosial.

Ketika anak terlalu fokus pada layar, mereka kehilangan kesempatan untuk belajar melalui permainan langsung atau berinteraksi dengan teman sebaya. Padahal, keterampilan sosial sangat penting bagi perkembangan emosional mereka. Ada pula isu keamanan data. Aplikasi berbasis AI sering kali mengumpulkan data pribadi anak, seperti kebiasaan belajar dan preferensi mereka. Jika tidak dikelola dengan baik, data ini bisa menjadi sasaran pelanggaran privasi.

Lalu, bagaimana cara mengoptimalkan teknologi tanpa mengorbankan aspek penting lainnya dalam pendidikan anak usia dini. Pertama, Integrasi Seimbang. Teknologi harus menjadi pelengkap, bukan pengganti. Pembelajaran berbasis AI harus diimbangi dengan metode tradisional, seperti membaca buku fisik, bermain di luar ruangan, atau berdiskusi dengan teman sebaya.

Kedua, Edukasi Orang Tua dan Guru. Teknologi hanya akan bermanfaat jika digunakan dengan bijak. Orang tua dan guru perlu dibekali pemahaman tentang cara memanfaatkan AI, termasuk mengawasi waktu layar anak. Ketiga, Regulasi Data. Pemerintah dan pengembang aplikasi perlu memastikan keamanan data anak. Aturan ketat harus diberlakukan untuk melindungi privasi mereka.

Keempat, Inklusi Digital. Tidak semua anak memiliki akses ke teknologi canggih. Pemerintah perlu mendorong ketersediaan perangkat dan internet yang terjangkau, terutama bagi keluarga di daerah terpencil. Kelima, Pengaturan Waktu. Waktu penggunaan teknologi harus dibatasi. Sebuah studi menunjukkan bahwa terlalu banyak waktu di depan layar dapat memengaruhi perkembangan otak anak, terutama di usia dini.Perkembangan teknologi, khususnya AI, adalah peluang besar untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih baik bagi anak-anak. Namun seperti pedang bermata dua, teknologi ini juga menghadirkan tantangan serius jika tidak digunakan dengan bijak.


Kuncinya ada pada kolaborasi. Orang tua, guru, pengembang aplikasi, dan pemerintah harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan anak secara holistik bukan hanya cerdas secara akademis, tetapi juga sehat secara emosional dan sosial.

Dengan pendekatan yang tepat, teknologi berbasis AI dapat menjadi mitra yang kuat dalam membentuk generasi muda yang siap menghadapi dunia modern. Jadi, mari bersama-sama memastikan teknologi ini membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi masa depan anak-anak kita.

Translate